Written by : Estu Rudiktyo, MD, FIHA
COVID-19 adalah penyakit dengan spektrum yang luas mulai dari kasus tanpa gejala hingga kasus berat dengan gangguan organ multipel.1 Paru merupakan organ utama yang diserang pada penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini, akan terapi pada sebagian kasus dapat terdapat keterlibatan jantung, ginjal, dan beberapa organ lain. Inflamasi pada jantung, termasuk miokarditis dan gagal jantung yang menyertainya merupakan salah satu masalah kardiovaskular yang sering dijumpai pada pasien dengan COVID-19. Guo dkk2 melaporkan bahwa 28% pasien dengan COVID-19 mengalami jejas (injury) pada miokard yang ditandai dengan peningkatan enzim Troponin. Pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular juga cenderung memiliki gejala COVID-19 yang lebih berat. Ruan dkk3 melaporkan bahwa lebih dari 75% kematian pada kasus COVID-19 berkaitan dengan gagal jantung atau injuri pada miokard.
Ekokardiografi memiliki peran yang cukup luas dalam tatalaksana pasien dengan COVID-19, baik yang disertai dengan penyakit kardiovaskular maupun yang tidak, yakni:4
1. mendeteksi dan menilai derajat keparahan penyakit kardiovaskular penyerta;
2. mendeteksi gangguan jantung yang dicetuskan oleh COVID-19 dan
3. menilai kondisi hemodinamik pasien secara non-invasif.
Temuan ekokardiografi yang abnormal dapat meliputi:4
1. fungsi jantung hiperdinamik, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung (CO), kontraktilitas (EF) dengan atau tanpa penurunan tahanan vaskuler perifer (SVR), yang sering dijumpai pada tahap awal penyakit akibat dari inflamasi sistemik;
2. kardiomiopati yang diinduksi oleh stress (takotsubo) berupa penurunan kontraksi segmental ventrikel kiri dan apical ballooning;
3. penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri dalam bentuk yang tidak spesifik akibat dari inflamasi (miokarditis); dan
4. dilatasi ventrikel kanan dan hipertensi paru akibat dari kerusakan alveolus dan kapiler paru yang diinduksi oleh inflamasi, hipoksia dan hiperkapnia.
Akan tetapi perlu diingat bahwa pada pemeriksaan ekokardiografi, jarak antara operator dengan pasien sangat dekat, terdapat risiko transmisi virus SARS-CoV-2, sehingga pemeriksaan ini harus dipertimbangkan dengan seksama, baik dari segi indikasi pemeriksaan, proteksi alat dan operator serta teknik pengambilan gambar. Pada artikel selanjutnya akan dibahas lebih detail dari segi teknis terkait pemeriksaan ekokardiografi pada pasien COVID-19 maupun pada pasien lain yang dilakukan selama masa pandemi ini.
Penulis:
dr. Estu Rudiktyo, SpJP(K) bekerja sebagai pengajar dan kardiolog pada Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta
REFERENSI
1. Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., et al. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020. [published online Jan 24]. Available: https://doi.org/10.1016/S0140–6736(20)30183–5
2. Guo, L., Wei, D., Zhang, X., Wu, Y., Li, Q., Zhou, Min., Qu, J. Clinical Features Predicting Mortality Risk in Patients With Viral Pneumonia: the MuLBSTA Score. Front Microbiol. 2019; 10: 1-10.
3. Ruan, Q., Yang, K., Wang, W., Jiang, L., Song, J. Correction to: Clinical predictors of mortality due to COVID-19 based on an analysis of data of 150 patients from Wuhan, China. Intensive Care Med. 2020. [Online]. Available: https:doi.org/10.1007/s00134-020-06028-z
4. Peng, QY.,Wang, XT., Zhang LN., Chinese Critical Care Ultrasound Study Group (CCUSG). Using echocardiography to guide the treatment of novel coronavirus pneumonia. Critical Care. 2020;24: 143.